Umumnya
orang selalu melihat lebih kepada apa yang dihasilkan, bukan apa yang diproses
dan bagaimana prosesnya. Seperti halnya gula kristal putih, para konsumen lebih
condong kepada kualitas dan manfaat gula itu sendiri. Oleh karena itu, produk
gula kristal yang bening dan rasa yang manis akan selalu dicari konsumen. Kondisi tersebut berimbas ketatnya persaingan
industri pergulaan nasional yang
dianalogikan seperti putaran mesin waktu, siapapun akan ketinggalan apabila tidak bisa mengikuti kecepatan
putaran mesinnya. Pembenahan di
segala aspek perlu dilakukan untuk mengimbangi persaingan tersebut.
PT. Perkebunan Nusantara X merupakan salah satu
produsen gula nasional yang memiliki 11 pabrik gula yang tersebar di Jawa Timur
sudah bersiap untuk menjawab tantangan itu. Sesuai dengan slogan PTPNX yaitu
tumbuh berkembang bersama mitra, langkah awal yang dilakukan adalah penilaian
rendemen tebu petani dalam waktu yang singkat agar petani tebu bisa langsung
mengetahui kualitas rendemen tebu miliknya dan karena waktu yang diperlukan
relative singkat, hal ini sangat menguntungkan bagi kedua belah pihak, terutama
bagi pabrik gula, karena semakin pendek rentang waktu penebangan dengan proses
pengolahan, maka kehilangan gula sukrosa bisa diminimalisir. Oleh karena itu penilaian
potensi rendemen dalam waktu yang singkat merupakan langkah awal yang dirasa
perlu dilakukan.
Saat ini PT. Perkebunan
Nusantara X sedang melakukan studi untuk pengadaan core sampler, yaitu serangkaian
peralatan yang dirancang untuk mengambil sampel dari tebu dari unit
transportasi tebu yang merupakan representasi dari kualitas keseluruhan beban, dan
near infra red (NIR), alat yang digunakan untuk menentukan pol, serat, gula dan
kadar air dari sampel tebu dicacah. Penentuan menggunakan core sampler dan NIR ini dianggap efisien
karena dapat dilakukan hanya dalam waktu 2 menit untuk setiap sample yang telah
dishredder. Hal ini seakan menjawab permintaan
lokal terhadap gula kristal putih yang terus bertambah dan berkualitas, dengan
berstandar nasional indonesia (SNI) juga seharusnya diimbangi dengan bahan baku
tebu yang layak giling, yaitu tebu yang manis, bersih, segar dan berbobot. Hubungan yang
saling menguntungkan antara pabrik gula dan petani tebu seperti simbiosis
mutualisme, keduanya saling bekerja sama untuk mendapatkan hasil yang optimal. Oleh
karena itu pembayaran atas rendemen tebu untuk para petani tidak akan lagi memakan
waktu yang cukup lama. Sehingga tebu yang masuk ke Pabrik gula milik PTPNX bisa
segera dilayani, dan tidak terjadi antrian yang cukup panjang.
Selanjutnya
yang dirasa perlu
dimiliki
adalah keseragaman standard spesifikasi produk gula yang dihasilkan oleh kesebelas
pabrik gula milik PTPNX. Perlunya standar spesifikasi produk antar
pabrik gula yang satu dengan pabrik gula yang lainnya dalam satu naungan PTPN X
diharapkan mampu mengimbangi permintaan konsumen terhadap gula Kristal putih
yang berkualitas. Jika produk gula yang dihasilkan oleh kesebelas pabrik
memiliki kualitas berbeda, dan dijual ke konsumen, bisa menyebabkan perbedaan
margin keuntungan yang didapatkan setiap unit pabrik gula di PTPN X, karena
besar kemungkinan terjadi persaingan antar pabrik gula dalam PTPNX maupun
persaingan penjualan dengan produsen lain.
Standard spesifikasi ini dimulai dari kesiapan
masing – masing pabrik gula untuk menyesuaikan dengan produk spesifikasi SNI
maupun sesuai dnegan aturan BPOM tentang gula yang aman dikonsumsi. Banyak
faktor yang memang perlu diperhatikan untuk menjaga kualitas gula tetap standard.
Salah satunya adalah penentuan sistem kontrol yang didasarkan atas identifikasi
titik-titik kritis di dalam proses produksi. Penentuan ini biasa dikenal dengan
istilah HACCP, yaitu salah satu bentuk manajemen resiko dengan pendekatan
pencegahan (preventive) yang dianggap dapat memberikan jaminan dalam
menghasilkan makanan yang berkualitas bagi konsumen. HACCP bersifat sebagai
sistem pengendalian mutu sejak bahan baku dipersiapkan sampai produk akhir
diproduksi masal dan didistribusikan. Penerapan HACCP dalam suatu industri
pangan merupakan jaminan mutu pangan guna memenuhi tututan konsumen. Selain
itu, HACCP juga dapat berfungsi sebagai promosi perdagangan di era pasar global
yang memiliki daya saing kompetitif.
Penetapan HACCP ini dimulai dengan mengidentifikasi
satu per satu bahan baku proses dari sejak di lapangan sampai dengan
pengolahannya. Bahaya yang dipertimbangkan adalah bahaya mikrobiologi yang
bersifat patogen, logam berat, toksin, bahaya fisik, dan kimia serta proses
perlakuan yang mungkin dapat mengurangi cemaran tersebut hingga batas yang
dapat diterima sesuai dengan SNI. Disamping itu, dilakukan pula analisis
terhadap proses, fasilitas dan pekerja yang terlibat pada produksi pangan
tersebut. Setelah melakukan penentuan HACCP di dalam proses pengolahan gula, selanjutnya
produk gula yang dihasilkan diverifikasi dengan mengirimkan sample produk ke independent
laboratorium untuk dianalisis sesuai parameter yang telah ditetapkan sesuai
dengan peraturan SNI maupun BPOM untuk kualitas gula yang aman dikonsumsi.
Apabila hasil verifikasi sesuai dengan yang
dipersyaratkan, maka penentuan HACCP ini sudah layak ditetapkan. Namun jika
hasilnya masih kurang sesuai, diperlukan penentuan ulang untuk titik kritis
yang perlu dikontrol. Sistem manajemen resiko HACCP ini sebaiknya dilakukan
verifikasi secara continue, karena
proses pengolahan gula di dalam suatu pabrik biasanya selalu dinamis,
disesuaikan dengan bahan baku dan bahan pembantu proses yang diterima.
Percepatan analisa potensi rendemen dan
penentuan HACCP diharapkan bisa menjadi power bagi PTPN X untuk bersaing di
pasar global. dan hal ini bisa meningkatkan keuntungan yang didapat oleh masing
– masing pabrik gula dibawah naungan PTPNX.
0 komentar:
Posting Komentar